Penjajakan Kerja Sama bidang Entrepreunership dengan Universitas Juanda Bogor

Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafrudin Prawiranegara (STEBank) Dr. Aries Muftie, SH.,MH diminta oleh pimpinan Universitas Juanda untuk memberikan arahan agar Universitas Juanda mampu mewujudkan visi misi menjadi kampus Entrepreuner pada tahun 2024.

Hadir bersama pak Aries adalah Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si. Rektor Universitas Juanda, Prof. Winugroho dan H. Ir. Himmatul Miftah, M.Si Wakil Rektor III bidang Perencanaan, Sentra KI dan Inkubator Bisnis.

Menurut Prof. Win sapaan Prof. Winugroho yang mendapat amanah dari pemerintah melalui Kementerian Pertahanan untuk mengoptimalkan titik-titik lahan potensial agar produktif menghasilkan bahan pangan dan ragam komuditas di seluruh pelosok negeri seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur dengan cara bersinergi dengan universitas-universitas karena di universitas adalah tempatnya anak muda milenial melakukan karya kreatif dan inovatif.

Pak Aries selaku pimpinan pelaksana Gerakan Desa Emas (GDE) yang juga Rektor STEBank, kampus STEBank sendiri sebagai pilot project kampus Technopreuner, telah aktif sebagai choach/ instruktur di beberapa desa di daerah di Indonesia membangun bisnis mandiri di pedesaan dengan cara melakukan inkubasi di Gerakan Desa Emas, kegiatan inkubasi bisnis yang sukses di beberapa daerah juga di aplikasikan kepada mahasiswa di STEBank, sehingga kehadiran pak Aries dengan pengalamannya bersama gerakan desa emas dapat mendorong lebih cepat mewujudkan kampus entrepreuner di seluruh Indonesia.

Rektor Unida Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si punya mimpi agar kampusnya menjadi kampus entrepreneur. Saat ini riset Unida menempati posisi besar 5 terbaik, namun riset-riset itu perlu diimbangi dengan ke bisnis. Langkah yang sudah dilakukan Unida adalah melakukan kerjasama dengan PT Perkebunana Nusantara VIII atau PT PN VIII. Unida memiliki lahan untuk kegiatan Entrepreuner seluas 12,7 ha yang rencananya akan membebaskan lahan seluas 37 ha, lahan tersebut akan dialokasikan sebagai kegiatan praktikum, diklat dan juga Agrowisata para mahasiswa Unida.

Dari upaya yang telah dilaksanakan, Unida memiliki 12 paten yang dalam tahapan komersialisasi. Dari pengalaman ini Unida akan mengaplikasikannya kepada mahasiswa dengan cara inkubasi bisnis lalu testing pasar dan harapannya adalah masuk ke pasar, sebagai kompensasinya adalah mahasiswa mengganti biaya SPP ke hasil bisnisnya.

Upaya-upaya yang telah dilakukan Unida sejalan dengan yang telah dilakukan di STEBank selaku kampus “Desa Emas”, mahasiswa diberikan coaching dalam bentuk mata kuliah Technopreuner lalu diwujudkan dalam bentuk startup yang berinkubasi ke inkobator bisnis STEBank, sehingga di tahun ke-2 atau semester 3 mahasiswa bisa membayai kuliahnya sendiri dari hasil bisninya.

Pak Aries lalu memberikan penjelasan terkait relevansi antara kurikulum pendidikan tinggi dengan entrepreunership di Indonesia. pak Aries menjelaskan bahwa Kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia sulit menjawab tantangan agar mewujudkan lulusannya menjadi sosok entrepreuner, sebagai perbandingan bahwa kurikulum Jerman memberikan 70% pelajar untuk praktik industri, pelajar langsung praktik industri di pabrik semacam BMW dan di Korea semacam Samsung, bersyukur saat ini di Indonesia diberlakukan kampus merdeka yang memberikan porsi 35% belajar di luar kampus dengan rincian 1 semester belajar di kampus luar dan 2 semester praktik industri. Adanya kurikulum kampus merdeka merupakan kesempatan yang baik untuk mewujudkan lulusan menjadi entrereuner.

Inti dari kurikulum agar mampu mencetak entrepreuner adalah harus mengarah pada lulusan yang terbaik yaitu lulusan yang memberi manfaat untuk yang lain, untuk itu lulusan harus unggul dari sisi karya dan unggul dari sisi manfaat yakni tidak asal dalam membuat produk berkenaan dengan itu harus memahami peta jalan lima pilar yaitu: 1) Imaratul masajid, 2) Bina saudara, 3) Bina sinergi dan teknologi, 4) Bina dana dan investasi dan 5) Bina pasar dan industri. Lima pilar ini dilakukan secara sinergis dalam kegiatan pelatihan informal, akademik-universitas dan dukungan pemda. Dengan demikian akan terwujud usaha bisnis yang baik dan terwujud lingkungan yang makmur dan mandiri.

Dengan konsep yang digagas pak Aries melalui Gerakan Desa Emas yang telah berhasil membangun ekonomi pedesaan di berbagai daerah ini akan men-speed up pembangunan ekonomi nasional ditambah lagi jika melibatkan juga kaum milenial yang mana Indonesia pada tahun 2020 ini mendapatkan bonus demografi populasi.

Leave A Reply